Karya : Nafri Dwi Boy
Nirmala setara lampu-lampu taman redup, remang-remang hidup berkisah seorang diri. Mengais cerita duka, cerita sendu, cerita batin yang tersenggol kerikil. Masuk relung jantung, berontak pada satu episode demonstrasi. Protes terhadap pemaparan, kenyataan, keadaan tanpa solusi serta jalan untuk kembali. Menjadi seorang besar, berpijak dengan kaki sendiri di atas debu-debu aspal. Kotor oleh dosa-dosa yang tak bertuan, terbuang bebas hinggap di tubuhnya. Menjelma menjadi kulit, menjadi rambut, menjadi topeng memudarkan wajah. Berpura-pura tidur di bawah purnama, sementara nurani terbang ke angkasa.
Nirmala hinggap di badan kolektor lukisan, melukis wajahnya terlampau malang. Tidak diberi royalti, upah, penghargaan atas jasa memberi ekspresi pada dunia. Gambaran hidup pada persoalan bertahan diri mencumbu butiran padi. Nirmala hinggap di badan direktur berdasi, menggusur ornamen-ornamen plastik. Dekorasi rumah, berbekal dari sampah, kertas, atau pempes bekas. Kamuflase gedung menjulang di atasnya, meratakan perlahan-lahan merenggut kenyataan. Merampas raut wajah, kehilangan binar dan matanya menjadi sayu di pintu ajal. Badannya kurus, berdarah-darah, tubuhnya sempoyongan menopang beban yang dipaksakan.
Penulis: Nafri Dwi Boy
Editor: Ikbal Ferdiyal
Berita lain di METROJAMBI.COM
- Kadis Pendidikan Perintahkan Kabid SMA Cek Proyek SMAN 3 Sarolangun
- Komisi IV DPRD Panggil Diknas, Minta Selesaikan Kisruh di SMAN 8
- Lupa dan Ragu dalam Jumlah Rakaat Shalat? Ini Penjelasannya
- Pemprov Jambi Tingkatkan Pendapatan Daerah Melalui "Sidabahaja"
- 2.849 Personel Gabungan Dikerahkan Amankan Nataru di Jambi
- Deretan Ponsel Pintar yang Diperkirakan Hadir Pada 2022
- Cermin Masyarakat Urban Dalam Pertunjukan "Bangku Kayu dan Kamu Yang Tumbuh Di Situ"
- Menggugat Pendidikan dalam Bangku Kayu dan Kamu yang Tumbuh Di Situ